KENAPA HARUS BERDUSTA
Berdusta adalah sesuatu yang lebih sering merugikan daripada menguntungkan. Bahkan kalaupun menguntungkan biasanya itu akan merugikan pada akhirnya. Sebelum ada hukum yang diambil dari kitab yang diturunkan oleh Tuhan pencipta alam, hukum berdusta ini tidak ada. Tapi sesudah kehadiran kitab Tuhan itu, maka diambillah keputusan oleh para utusan Tuhan bahwa berdusta itu hukumnya berdosa, dengan
alasan karena merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain. Terkadang seseorang berdusta cuma karena iseng, tapi ini sangat berakibat buruk bagi dirinya. Umpamanya dia mengatakan bahwa dia sedang dari timur, padahal ia baru pulang dari barat. Memang ia
berdusta tanpa merugikan orang lain, tapi saatnya nanti, akan ada waktu yang membuktikan bahwa ia telah berdusta. Akibatnya nanti orang lain akan semakin berhati-hati dengan omongannya.Dia akan divonis teman-temannya sebagai seorang yang harus diwaspadai. Merugilah orang yang telah melakukan hal ini. Apalagi ia berdusta bukan karena iseng. Dia berdusta karena ingin memperoleh sesuatu, maka orang lain akan menjadi extra hati-hati padanya. Terkadang bila ia membutuhkan pertolongan, orang lain akan ragu dengan apapun yang dikatakannya. Jadi hanya akan merugikan diri sendiri. Jadi tidak ada keuntungannya berdusta. Umpamanya kita mendustai sesuatu yang amat sangat tidak mungkin diketahu orang lain. Umpamanya cerita terkait yang kita utarakan mengenai cerita di seberang sana, tentu juga akan menjadi sesuatu yang kita takutkan untuk terbongkar kalau rahasia itu diketahui orang lain pada akhirnya. Ada banyak masalah nanti yang akan membongkar kecurangan kita dalam bercerita. Umpamanya seorang teman kita dari tanah seberang datang menemui kita. Itu akan menjadi suatu ketakutan bagi kita kalau seseorang ini menceritakan kisah yang sebenarnya. Bila seseorang ini bercerita tentang keadaan kita yang sebenarnya di tanah seberang,
tentu dusta kita akan terbongkar. Atau juga satu saat kita pergi ke daerah itu dengan seseorang yang kita bohongi. Kita tentu takkan tetap berada di tempat kita. Terkadang tempat yang telah lama kita tinggalkan, mungkin terpaksa kita kunjungi lagi. Jadi tidak ada kemungkinan semua dusta kita akan terbugkus rapi dan tak akan diketahui orang lain. Jadi lebih baik tidak berdusta walau sekecil apapun. Saya pernah berjanji pada seorang Amerika ketika saya berada di Jakarta. Saya tahu bahwa bila pertemuan kami terjadi, saya yang lebih diuntungkan, tapi malah saya yang mengingari pertemuan kami. Saya mengingkarinya sebab saya ada pekerjaan yang lebih menguntungkan. Lalu ada pertemuan berikutnya dengan seorang Amerika ini, kemudian dia malah marah-marah pada saya. Dia sangat kecewa dengan saya. Lalu pada suatu hari saya bercerita padanya, dia hanya memjawab, "Bagaimana saya bisa membuktikan bahwa omonganmu itu Benar?". Inilah yang terjadi pada akhirnya. Bukankah perjanjian kami sangat sepele, tapi ituah yang membuat ia tidak pandai lagi mempercayai saya. Ini masih dusta di bidang masalah kecil. Apalagi dusta di bidang Ekonomi, di bidang Politik tentu sudah pantas seseorang akan memvonis kita sebagai seorang monster. Seeorang yang kerjanya cuma mengusik ketenangan orang lain dengan janji-janji manisnya. Jadi cara untuk membuat orang lain percaya pada kita hanya dengan menunjukkan pada orang lain bahwa kita bukan seorang pendusta. Kita memerankan diri kita menjadi serang yang jujur. Kita menjadikan pribadi kita sebagai pemberi berita yang tanpa dusta, pemberi jawaban yang pasti, dan pemberi janji yang ditepati. Lakukanlah semua kebaikan ini, atau percayalah dengan apa yang terjadi sesudahnya. Anda akan melihat hasil dari kebaikan dan kejujuran anda pada akhirnya.
Sunday, January 25, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment